Mata
adalah salah satu indera yang paling vital pada manusia. Melalui mata,
seseorang dapat mengungkap semua kejadian yang ada di sekitarnya.
Melalui mata pula, seseorang dapat dilihat kondisi fisik, mental dan
spiritualnya.
Barangkali, banyak
yang masih ingat tindakan dokter bila sedang memeriksa pasien. Cukup
membelalakkan mata pasien untuk mengetahui kesehatan dan penyakitnya.
Konon, dalam sebuah perbincangan pun, dapat juga mengetahui isi hati
lawan bicara melalui mata.
Fenomena
ini tampaknya sangat dekat dengan suatu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda pada struktur jaringan iris mata yang disebut iridologi.
Namun, menurut dr. Bertha Herlina, dokter spesialis penyakit dalam
klinik Provitalitas, ada perbedaan antara iridologi dan fenomena itu.
"Bukan hanya pengobatan, tapi iridologi lebih pada pencegahan," katanya.
Bertha mengatakan, iris adalah
perluasan dari otak. Oleh karena itu, sesuatu yang terekam di dalam otak
dapat terlihat pada serabut iris mata. Rekaman itu sebagai bentuk khas
sesuai kondisi organ tubuh. "Tanda pada iris itu, representasi gambaran
detail kondisi badan secara keseluruhan."
Analisa
serabut iris mata akan memperlihatkan kondisi tubuh seseorang, apakah
yang bersangkutan dalam keadaan baik atau tidak. Pola, struktur,
warna
dan tingkat kecerahan di bagian iris mata menggambarkan keadaan bagian
tubuh tertentu dan berhubungan dengan keadaan aktivitasnya, luka,
iritasi atau adanya degerasi jaringan dan organ. Dari iris mata juga
dapat diketahui apakah ada akumulasi racun akibat penggunaan NAZA
(narkotik dan zat adiktif), ketidakstabilan nutrisi dan bahan kimia,
serta kemajuan pengobatan yang sedang dilakukan
Iridologi
tidak bisa menyatakan ada tidaknya penyakit tertentu dalam tubuh,
tetapi hanya menyajikan informasi tentang kondisi jaringan tubuh dan
mengindikasikan kecenderungan ke arah adanya gangguan dalam tubuh, meski
gejalanya masih belum terlihat. Dengan demikian, iridologi dapat
memberikan rekomendasi upaya preventif menghindari kondisi yang lebih
buruk. Selanjutnya, dapat memberikan arahan untuk upaya kuratis
penyehatan dan mengetahui efektifitas pengobatan yang telah dilakukan.
Yang
harus diingat, iridologi tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi
parasit atau kuman-kuman di tubuh, tapi hanya menujukan adanya inflamasi
dan kondisi racun yang diakibatkan kehidupan parasit atau kuman.
Iridologi juga tak bisa dijadikan petunjuk hamila tidaknya seorang
wanita, karena kehamilan merupakan kondisi normal dalam badan seorang
wanita.
Pada intinya, menurut dr.
Bertha, iridologi berguna untuk mengetahui derajat kesehatan tubuh,
kekuatan dan kelemahan tubuh, kelemahan dan kekuatan organ serta
jaringan dan sendi. Selain itu dapat diketahui pula metabolisme dan
penyerapan dalam pencernaan, kadar kelelahan fisik,
stress, potensi kelupaan, pola tidur, polusi lingkungan, kekebalan tubuh, kualitas energi syaraf dan tingkat penuaan.
Filosofi
iridologi, menekankan pada pengobatan pasien bukan pada penyakitnya.
Dengan mengetahui gangguan yang menyebabkan keluhan atau penyakit
seseorang, tidak hanya diobati penyakitnya saja, tetapi dapat dicegah
untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih baik.
Orang
yang pertama kali merintis cabang ilmu ini adalah Dokter Ignatz Von
Peczely yang berasal dari Hungaria. Dia pertama kali menemukan iridologi
pada tahun 1861, yang dianggap sebagai tahun kelahiran iridologi. Hasil
penelitian Bapak Iridologi, ditemukan tanda dan konfigurasi pada iris
seseorang mengidentifikasikan adanya penyakit atau kelainan organ di
dalam badan orang tersebut. Perkembangan iridologi kemudian mengalami
kemajuan yang sangat fantastik seiring dengan perkembangan teknologi.
Perkembangan
teknologi, mengantarkan ilmu ini mencapai kesempurnaan. Perkembangan
teknik kamera digital, salah satu faktor yang mempercepat kemajuan ilmu
iridology. Teknik kamera ini, dapat memeriksa iris lebih sempurna
sehingga menghasilkan suatu standarisasi "atlas iris topografi" yang
lebih akurat dan detail, perkembangan ini kemudian dikenal sebagai
iridology digital. (Maya/E. Karel Dewanto)
Ada yang bilang, mata itu adalah jendela hati, kalo ga salah itu kata
guru bahasa Indonesia saya.
Tapi
ternyata pepatah tersebut salah sodara-sodara, yang benar adalah, mata
itu jendela hati, jantung, ginjal, usus, limpa dan lain-lain.
Lho kok?
Iya,
dg memperhatikan pola iris mata (kalo orang Indonesia biasanya warna
coklat-hitam), kita bisa mengetahui keadaan kesehatan seseorang. Ilmu
yang mempelajari diagnosa penyakit lewat iris mata ini disebut
iridologi.
Adalah
Ignaz Von Peczely (1826-1911) seorang anak muda dari Budapest, Hungaria
secara tidak sengaja menemukan burung hantu yang patah kakinya. Ia
bermaksud melepaskan burung hantu itu tetapi dia melihat ada sebuah
goresan pada mata burung hantu. Burung hantu itupun dirawatnya, dan
setelah sembuh tanda goresan dimatanyapun hilang. Hal ganjil ini
menggugah rasa ingin tahu Peczely dan terus membekas dalam ingatannya.
Setelah
dewasa dan menjadi seorang dokter, ia secara konsisten melakukan
penelitian terhadap tanda-tanda yg berhubungan dg keadaan orang sakit
(padien), hingga akhirnya terciptalah Iridology Chart yg pertama dan
Ignatz Von Peczely dikenal sebagai bapak iridologi. Kemudian iridology
chart disempurnakan dan disusun kembali oleh dr. Bernard Jensen
berdasarkan hasil penelitian dan observasinya bertahun-tahun.
Mendeteksi Organ Lewat Iris
Dalam
iridology chart ini, secara umum, mata kiri mewakili organ-organ bagian
kiri seperti kepala bagian kiri, jantung, ginjal kiri dsb. Adapun mata
kanan mewakili organ-organ bagian kanan seperti kepala bagian kanan,
paru-paru kanan, hati, ginjal kanan, kaki kanan dsb.
Masing-masing
iris mata, baik kanan maupun kiri, dibagi menjadi tujuh zona lingkaran
yang menggambarkan organ-organ tubuh. Apabila terdapat bercak atu
goresan pada zona tertentu, maka diduga ada masalah yang berkaitan dg
organ yg tergambar pada zona yg dimaksud. Bentuk luka dan kedalamannya
menggambarkan tingkat keparahan penyakit, mulai dari akut, sub akut,
kronis hingga degenaratif. Apabila penyakit berangsur sembuh, maka luka
atau bercak pada iris perlahan akan hilang dan akan tumbuh serat-serat
iris yang baru.
Mata
yang sempurna (strong constitution) memiliki jalinan serat yang rapat
dan teratur. Keadaan ini menggambarkan kondisi tubuh yang tidak mudah
diserang oleh berbagai penyakit. Adapun mata yang menggambarkan kondisi
tubuh lemah (weak constitution) memiliki jalinan serat yang menyerupai
bunga karang.
Diagnosa
penyakit lewat iridologi ini diyakini mampu menggambarkan kondisi
seluruh sistem organ tubuh manusia, bahkan sebelum seseorang merasakan
gejala penyakit. Tingkat ketepatannya mencapai 80 %. Namun, ada beberapa
hal yg tidak bisa dideteksi dg ilmu ini, antara lain:
1. tekanan darah dan tahap kencing manis
2. obat-obatan yang dimakan oleh pasien
3. penyakit atau pembedahan terdahulu
4. kehadiran logam berat dalam tubuh
5. masalah gigi
6. kehamilan dan penyakit kelamin
7. tumbuhnya tumor atau kanker
8. batu empedu atau kantung kemih, dll
sebaliknya,
iridologi sangat baik dan mendekati sempurna untuk penggambaran kondisi
usus besar. Dimana keadaan usus besar ini dapat diteropong lewat
lingkaran yang berada dekat pupil, antara zona 1 dan 2. lingkaran
yangsangat khas dan terlihat jelas ini dinamakan ANW. Bentuk dan ukuran
ANW dianalogikan dengan usus besar. Apabila ANW terlihat ’melendung’ ke
samping kiri, maka dipastikan ada masalah pada usus besar desendens
(usus turun) berupa penumpukan kotoran, sehingga usus pada bagian ini
membengkak. Kasus ini dinamakan balloned sigmoid. Selain itu dapat
dilihat masalah-masalah lain seperti penyempitan usus (stricture), usus
melintang jatuh ke bawah (prolapsus), kejang usus (spasm), bisul pada
usus (pocket bowel), dll.
Penutup
Iridologi,
sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, terus berkembang seiring banyaknya
penelitian yang dialkukan. Perkembangan ini tentunya juga didukung oleh
perkembangan teknologi. Dalam tahapan sederhana, iris bisa diamati
dengan bantuan senter. Namun tidak sedikit praktisi iridologi kini
menggunakan kamera digital dan komputer untuk memudahkan analisa.
Selain pemahaman teori, tingginya ’jam terbang’ seorang praktisi sangat menentukan ketajaman skill yang dimilikinya.
Iris Mata Sang Jendela Kondisi Tubuh
Pepatah
mengatakan, "Mata adalah jendela hati". Ternyata tidak hanya itu,
melalui pengamatan salah satu bagian kornea mata tepatnya pola iris
mata, seorang ahli iridologi bisa mendeteksi keadaan kesehatan
seseorang. Iridologi biasanya dilakukan sebagai pemeriksaan awal suatu
pengobatan alternatif.
HAJI Hanafi
(71), selama 2 tahun (2004-2005) menderita suatu penyakit. Setelah
dirawat di RS selama 2 minggu, kaki kirinya harus diamputasi. Diduga ia
menderita kanker tulang. Bayangan mengerikan menghantui Hanafi dan
keluarganya. Pihak keluarga menolak Hanafi diamputasi. Pengobatan
alternatif pun dijalani Hanafi dengan tekun. Meski memperlihatkan
perbaikan, berat badan Hanafi yang 76 kg sempat turun drastis menjadi 50
kg.
"Alhamdulillah, dengan disiplin
minum obat herbal buatan Cina dan yakin kepada Allah, selama 5 bulan
saya bisa turun dari tempat tidur. Kini, kondisi saya sudah pulih, walau
masih lemah. Berat badan Saya berkisar 74 hingga 75 kg dan sudah bisa
nyetir mobil lagi," kata Hanafi, pensiunan Kepala Sekolah SMP Negeri
Cicalengka.
Pemilihan herbal tersebut
diputuskan setelah Hanafi mengetahui dengan pasti apa penyakitnya. Ini
dideteksi melalui ilmu Iridologi.
Pertama
kali menjalani iridologi oleh dr. Rini, kondisi kesehatan Hanafi sudah
dalam keadaan parah. "Hasilnya, sepertinya semua organ tubuh saya tidak
ada yang bagus, alias banyak penyakit. Waktu itu saya merasa putus asa,"
ungkap Hanafi, ayah 5 anak dan kakek 14 cucu. Setelah melakukan
iridologi, ternyata Hanafi menderita kanker kelenjar getah bening.
Selama 5 bulan, dan sampai saat ini Hanafi masih setia mengonsumsi obat
herbal buatan Cina. Kini, kegiatan sehari-hari Hanafi berkebun dan
mengurus ternak.
Lain lagi dengan
Ria, 40 tahun, PNS, ia berobat ke Klinik Thibbun Nabawi karena keluhan
cepat lelah, sembelit, tangan kanan cepat pegal, dan lemas.
Keluhan
Ria, berdasarkan iridologi keluhannya bersumber dari pencernaan yang
daya serapnya kurang baik. Hal ini disebabkan pola makan dan pola hidup
yang tidak teratur. Kini, Ria rajin mengonsumsi madu, teh herbal,
suplemen Omega-3, juga terapi sengat lebah pada tangan sebelah kanan.
"Hasilnya, lumayan membaik," kata Ria yang masih gadis itu. Hampir
setiap 3 bulan Ria menjalani iridologi, untuk cek rutin saja.
**
Upaya
untuk memahami perubahan di dalam mata dan menghubungkan perubahan
tersebut dengan perubahan yang terjadi di dalam tubuh manusia, sudah
dimulai sejak Chaldean kuno. Referensi yang pertama kali
didokumentasikan adalah hasil tulisan dokter Philippus Meyers dalam
bukunya Chiromatica Medica yang diterbitkan pada 1670 di Dresden.
Dua
puluh lima tahun kemudian, Johann Eltzholtz mengumumkan hasil
penelitiannya dan hampir seabad kemudian di tahun 1786 Christian
Haertels menerbitkan disertasi di Gottingen berjudul De Oculo et signo
(mata dan tanda-tandanya). Akan tetapi, pelopor iridologi seperti yang
diketahui belakangan ini adalah dr. Ignatz von Peczely, seorang dokter
medis asal Hungaria dan Rev Nils Liljequist, seorang pendeta Swedia,
yang sejak abad ke-19 keduanya dapat disebut sebagai Bapak Iridologi.
Ignatz
von Peczely (1826-1911) di usianya yang ke-10, secara tidak sengaja
menemukan burung hantu yang patah kakinya. Ia bermaksud mele-paskan
burung hantu itu tetapi dia melihat ada suatu goresan pada mata burung
hantu tersebut. Burung hantu itu pun dirawatnya, dan setelah sembuh
tanda goresan di mata pun hilang.
Setelah
dewasa dan menjadi seorang dokter, ia secara konsisten melakukan
penelitian terhadap tanda-tanda yang berhubungan dengan keadaan orang
sakit (pasien). Pengamatannya serta hasil penelitiannya saat dia menjadi
dokter di suatu rumah sakit pada pasien-pasien yang menjalani
pembedahan dan pada autopsi mayat untuk menentukan penyakitnya sebelum
meninggal. Dr Ignatz von Peczely menghasilkan chart (peta) pertama
iridologi yang kemudian mengalami penyempurnaan berdasarkan hasil
penelitian dan observasinya bertahun-tahun terhadap sekitar 350.000
pasien, sampai kemudian didapatkan chart yang dianggap sempurna yang
diperkenalkan oleh dr. Bernard Jensen pada tahun 1982 dan dipergunakan
oleh iridolog-iridolog di seluruh dunia sampai saat ini.
Pencegahan
memang jauh lebih baik ketimbang mengobati. Apabila terdeteksi telah
terjadi suatu kelemahan dalam tubuh, kita dapat mengobati penyakit yang
menjangkiti tubuh dengan cara yang lebih tepat. Iridologi memberikan
perspektif khusus terhadap konsep dan praktik pengobatan preventif.
"Iridologi adalah analisis yang dapat menyingkapkan keadaan sebelum
munculnya tanda dan gejala suatu penyakit. Informasi ini merupakan suatu
aset yang sangat penting dalam menentukan tindakan terapi atau
pengobatan," kata dr. Rini Damayanti, DCN.
Iridologi
sebetulnya merupakan ilmu pengetahuan dan praktik dalam mengevaluasi
refleksi kondisi atau ekspresi jaringan maupun organ tubuh seseorang
melalui iris mata.
Menurut Rini, melalui iridologi bisa dilihat kondisi tubuh seseorang secara keseluruhan.
Pada
iridologi, gambaran iris mata kanan menggambarkan separuh bagian kanan
tubuh, di antaranya hati, pangkreas, kepala bagian kanan, paru-paru
kanan, ginjal kanan, kaki kanan. Sedangkan iris mata kiri menggambarkan
bagian tubuh sebelah kiri, seperti kepala bagian kiri, jantung.
"Masing-masing
iris mata, baik kanan maupun kiri, dibagi menjadi tujuh zona lingkaran
yang menggambarkan organ-organ tubuh. Apabila terdapat bercak atau
goresan pada zona tertentu, diduga ada masalah yang berkaitan dengan
organ yg tergambar pada zona yg dimaksud. Bentuk luka dan kedalamannya
menggambarkan tingkat keparahan penyakit, mulai dari akut, subakut,
kronis hingga degenaratif. Apabila penyakit berangsur sembuh, luka atau
bercak pada iris perlahan akan memudar dan kemudian menghilang," kata
Rini yang mempelajari iridologi saat mengambil program master tentang
Natural Healing Art & Science (makanan sehat/organik) dari Amerika
pada tahun 1993. Sesi iridologi didalami Rini tahun 1995, langsung dari
dr. Bernard Jensen, salah seorang pelopor iridologi.
Mata
yang sempurna (strong constitution) memiliki jalinan serat yang rapat
dan teratur. Keadaan ini menggambarkan kondisi tubuh yang tidak mudah
diserang oleh berbagai penyakit. Adapun mata yang menggambarkan kondisi
tubuh lemah (weak constitution) memiliki jalinan serat yang menyerupai
bunga karang.
Diagnosa penyakit lewat
iridologi ini diyakini mampu menggambarkan kondisi seluruh sistem organ
tubuh manusia, bahkan sebelum seseorang merasakan gejala penyakit.
Tingkat ketepatannya mencapai 80 %. Namun, ada beberapa hal yg tidak
bisa dideteksi dengan iridologi antara lain tekanan darah dan tahap
kencing manis, obat-obatan yang dimakan oleh pasien, penyakit atau
pembedahan terdahulu, kehadiran logam berat dalam tubuh, masalah gigi,
kehamilan dan penyakit kelamin, tumbuhnya tumor atau kanker, batu empedu
atau kantung kemih, dll.
Sebaliknya,
iridologi sangat baik dan mendekati sempurna untuk penggambaran kondisi
usus besar. Keadaan usus besar ini dapat diteropong lewat lingkaran
yang berada dekat pupil, antara zona 1 dan 2. lingkaran yang sangat khas
dan terlihat jelas ini dinamakan ANW. Bentuk dan ukuran ANW
dianalogikan dengan usus besar. Apabila ANW terlihat melendung ke
samping kiri, dipastikan ada masalah pada usus besar desendens (usus
turun) berupa penumpukan kotoran, sehingga usus pada bagian ini
membengkak. Kasus ini dinamakan balloned sigmoid. Selain itu dapat
dilihat masalah-masalah lain seperti penyempitan usus (stricture), usus
melintang jatuh ke bawah (prolapsus), kejang usus (spasm), bisul pada
usus (pocket bowel).
Menurut Sofyan
Fauzi, 40 tahun, terapis di Klinik Thibbun Nabawi, iridologi tidak bisa
melihat penyakit, tapi hanya bisa melihat gambaran kondisi organ apakah
normal, akut, atau kronis. "Bagi kami yang bergerak di bidang herbal
tanda-tanda seperti itu sudah cukup, tidak perlu tahu penyakit. Karena
penyakit itu istilah kedokteran yang juga harus diobati dengan teori
mereka," kata Sofyan yang sejak 2 tahun lalu mendalami iridolog dan
terjun langsung menangani pasien.
"Sebagai
herbalis tentu memberi pengobatan dengan herbal, semata-mata
meningkatkan pertahanan tubuh, bukan membunuh virus atau bakteri,"
ujarnya menambahkan. Rumusnya, "keseimbangan". Allah menciptakan manusia
tidak dengan sia-sia.
Menurut
pengalaman Rini, penyebab sakit seseorang itu tidak hanya dari fisiknya
saja, tapi banyak karena stres. Pada selaput pelangi mata (iris mata)
terdapat 28.000 serabut saraf yang dihubungkan ke otak melalui saraf
optikus. Dari sana ribuan serabut syaraf tadi berhubungan dengan seluruh
organ tubuh melalui serabut syaraf otonom. Perubahan kondisi organ
tubuh tergambar dengan jelas pada mata kita melalui perubahan pola serat
dan warna iris mata.
Iridologi
membutuhkan teknik yang sangat tinggi bagi pemeriksa. Pasien yang sedang
diperiksa mungkin akan merasa tidak nyaman karena harus melotot lama.
Namun, itu tak terlalu mengganggu jika kita berpikir akan manfaatnya.
Namun,
kini "penderitaan" pasien itu akan sedikit berkurang karena ada teknik
komputer. Rini hanya perlu mengambil memotret dengan kamera digital,
lalu disimpan dan dianalisa di komputer. Pasien bisa tahu penyakitnya
secara global saat itu.
Umumnya,
reaksi perbaikan dalam gambaran iridologi sekitar 3 bulan paling cepat.
Tetapi reaksi orang tersebut terhadap terapi yang diberikan sekitar 2
minggu sudah kelihatan. "Apalagi kalau terapi herbal harus kita awasi
dalam 7-10 hari pertama," kata Rini.
Kalau ada penyakit yang kira-kira harus dioperasi, Rini bisa mengirim ke bagian bedah, atau bagian lain yang lebih kompeten.
Iridologi
hanya bisa membedakan kelainan akut, subakut, kronik atau degeneratif
(kanker, diabetes, dll.). "Tetapi sejauh mana penyakit itu sudah
berkembang atau berjalan, saya konsultasi ke bagian lain. Misalnya harus
dioperasi, kemo, radiasi, silakan. Saya support dengan makanan (herbal)
untuk memperbaiki sel yang rusak akibat tindakan di atas. Karena yang
bisa memperbaiki jaringan itu hanya makanan," tutur Rini.
Rini
lebih memilih mengobati orang dengan menyarankan makanan sehat
(herbal). "Walaupun cukup lambat perjalanan penyembuhannya, tapi lebih
nyaman dan lebih aman," ungkap Rini, lulusan Fakultas Kedokteran Unpad
tahun 1981.
Ada hal lain yang
semestinya dipunyai pasien selain pengobatan herbal atau medis. "Di sini
yang harus di-support adalah keinginan untuk sembuh, motivasi.
Prinsipnya, Allah menciptakan kita sudah dalam keadaan sempurna,
seimbang. Kita sendiri yang merusak keseimbangan tersebut, " kata Rini.
Sebetulnya
kekuatan penyembuhan ada pada diri kita sendiri. Itu yang harus dipacu.
"Insya Allah penyembuhan terjadi dengan cepat," kata Rini yang juga
konsultan gizi.
Sumber : Pikiran Rakyat Online